Ilmu Syariat Dan Ilmu Hakikat

Secara sekilas untuk menjelaskan keduanya, penulis ambil contoh ketertarikan Musa AS sebagai rosul sekaligus sebagai nabi ( terpilih ) yang memiliki ummat atau kaum yakni Bani Israil yang hidup di Mesir, dalam pengembaraannya ingin menemui Sang Guru bernama Khidir (sebagai nabi saja) yang hanya muncul 1X dalam Al Quran yakni surah Al Kahfi. Secara derajad/ tingkat/ pangkat tinggi Nabi Musa AS, namun oleh Yang Mengutus sengaja diberi pelajaran agar berkhidmat pada insan yang terpilih juga namun masih di bawah nya. Khodir/ Khidir tidak masuk jajaran utusan pilihan atau ulul 'azmi  yang jumlahnya 5 yang sering disingkat dengan : NIMIM (Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS dan Muhammad SAW ).



Keseluruhan nabi nabi dan rosul (utusan yang diutus ke bumi) berjumlah 124.000 personil, yang termaktub dalam Al Quran hanya 25 personil, dan 5 pilihan seperti tersebut diatas, dan 1 sebagai penutup : Muhammad. Masing masing utusan membawa syariat ( hukum hukum yang dilaksanakan ) untuk mengatur manusia selama hidup di muka bumi. Sedang Hakikat ?. Hanya sesuai kehendak Yang Mengutus saja ( Alloh SWT ). Dalam tulisan ini kasus Musa AS belajar dan diberi ilmu hakikat yang sederhana pada sampai 3 materi saja, tidak lebih dan kurang.

Kisah yang mendasari kisah ini, saat N Musa AS berpidato di hadapan umatnya yang terkadang bisa bikin haru ( miris ), terkadang bikin semangat, terkadang bikin hening. Umat N Musa AS dikenal memang cukup kritis dan mungkin bisa dikatakan terlampau berani untuk ukuran manusia biasa. Saat sedang berceramah, ada yang bertanya : Siapa yang lebih pintar/ pandai dari Anda ya Musa...!. Jawab Musa AS : Tidak ada...!. Lalu Yang Mengutus langsung menegur, dengan jawaban ADA, silakan temui di tempat pertemuan 2 aliran air yang bertemu ( Majma'al Bahrain ). Singkat saja, dengan penyiapan bekal yang cukup dan disertai pembantu/ asisten berangkatlah Musa AS untuk berguru kepada insan pilihan ini yang akhirnya dinamakan Khidir AS atau Khodir AS. Khodir : hijau, karena tiap disibakkan pakaian semacam jaket kulitnya, di dalamnya akan nampak warba hijau. Dalam bhs arab : khudrun : hijau, khodir : yang meiliki warna hijau.

Pelajaran awal yang bisa dipetik adalah meski seorang nabi, tidak boleh menampakkan kesombongan di hadapan ummat nya, dan maklum saat itu Musa AS wawasannya sebatas ummatnya saja, belum ada pesaing. Lanjut dengan pertemuan kedua insan pilihan ini, di awal pengajaran Khodir AS yang diberi kemampuan Kasyaf (mengerti takdir atas petunjuk Ilahiyah) sudah mengemukakan kepada Musa AS bahwa ia tidak akan mampu  sabar dan kuat  dengan pelajaran Khodir AS. Namun Musa AS tetap bersikukuh akan termasuk yang disebutkan itu. Harus dibedakan ilmu yang dibwa Musa AS adalah syariat yang tampak mata, lahiriyah sedang Ilmu Khodir masuk klas Hakikat (tahu sebelum diberitahu) atau dlm bhs Jawa : weruh sakdurunge winarah dan semua atas izin/ perintah Alloh SWT yakni ditampakkannya tabir, nasib, hasil akhir, keadaan nanti,  bukan atas kehendak orang itu sendiri. Pembukaan tabir ini terkadang dinamakan kasy-syaf, yang arti lugasnya : membuka.

Pelajaran-1 dimulai dengan keduanya menumpang kapal tanpa bayar. Para penumpang menuduh keduanya sebagai penumpang liar, namun pimpinan kapal sangat paham siapa Khodir AS akhirnya diluluskan kedua penumpang itu. Pelajaran-1 : Khodir merusak bagian komponen kapal namun tidak sampai kerusakan berat. Tentu saja, Musa AS yang base on syariat akan protes : kenapa merusak kapal sedang tiket saja tak bawa alias tidak bayar. Sekali lagi, ilmu yang dibawa Musa AS : lahiriyah dan tampak mata. Pelajaran-1 : Musa AS sudah terjangkit tidak sabar yang pertama.

Pelajaran-2, keduanya menemui anak anak sedang bermain, dipilihnya anak yang rupawan lalu oleh Khodir AS, anak itu dibuat nyawanya melayang (mati). Musa AS terperanjat, ilmu apalagi ini ?. Sudah dinyatakan di awal, ilmu Sang Guru (Khodir AS) atas izin dan perintah Yang Mengutus. Jika Khodir AS tak laksanakan, malah berdosa. Beda dengan Musa AS yang hanya tampak kasat mata. Mulai tidak nyaman lagi Musa AS mengikuti pelajaran berikut nya.

Pelajaran-3, masuk wilayah Intoqiyah yang cukup dikenal dalam pelbagai sejarah wilayah. Memasuki kampung yang rumahnya tinggi tinggi dan warganya terkenal kurang bermoral. Ada bangunan yang hampir roboh, lalu oleh Khodir AS dibenahi bangunan itu hingga tegak kembali. Akan halnya Musa AS, membantu renovasi wajar meminta ongkos/ upah atas jasa itu, namun oleh Khodir AS ditolaknya. Nampaknya di session ke-3, sudah nampak tidak berdayanya Musa AS atas ilmu Sang Guru ini. Dengan besar hati sebagai Guru, Khodir AS musti dan harus  menjelaskan rahasia di balik peristiwa itu semua  sebelum perpisahan antara Guru dan Murid.

Pelajaran-1. Saat itu Raja sangat dzalim, akan merampas kapal kapal yang masuk wilayahnya dengan kondisi normal. Dengan dirusak sebagian, maka penumpang yang tergolong klas biasa akan selamat semua (bebas dari rampasan Raja). Tentang Kerusakan ? karena tidak sampai tenggelam, kerusakan bisa diperbaiki lagi.

Pelajaran-2. Tentang anak yang dihilangngkan nyawanya. Anak tsb nanti saat besar menjadi anak durhaka (berdasarkan taqdir yang dibuka oleh Yang Mengutus Khodir AS) dan mempengaruhi kedua orang tua yag dikenal sangat saleh (baik) sementara ia adalah anak kesayangannya. Anak yang mati dalam keadaan belum dewasa, nantinya masuk golongan yang diselamatkan dari siksa akhirat (belum baligh). Kedua orang tuanya, selamat semua. Ketiganya di akhirat akan menjadi kalangan beruntung, jika anak itu sampai dewasa akan mudah sekali pengaruhi kedua ortunya dengan memaksa  dikarenakan anak yang paling dicintai sedang ilmu kasyaf nya bernasib : menjadi anak durhaka.

Pelajaran-3, rumah yang ditegakkan dari kejadian hampir roboh. Di bawah rumah itu ada harta simpanan yang bermanfaat untuk anak anak dari keluarga yang bersangkutan dan bisa dimanfaatkan bilamana anak anak itu telah dewasa. Menurt Khodir AS, tidak pantas meminta upah/ ongkos karena yang memiliki masih bestatus kanak kanak.

Inilah diantara banyak perbedaan dan perbandingan seputar ilmu syariat dan hakikat yang kisahnya, tak diragukan lagi karena tersebut dalam Al Quran meski dengan bahasa singkat. Penjelasan ini didapat dari kajian tafsir almukarrom KH Sahroni Ahmadi yang akhir akhir ini mulai ramai di unduh para pengguna medsos untuk bidang kajian tafsir khususnya QS Al Kahfi seputar kisah N Musa As dan N. Khodir AS.






bagi pengalaman

berusaha belajar menulis dan membagikan kepada siapa saja dan cukup panggil nama ifoel atau bagi pengalaman

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama